Bermedia Sosial: Bijak atau Terjebak?

Ini adalah salah satu sesi materi Pesantren Ramadhan SMAN 1 Jombang.

[Jombang, Pak Guru NINE] - Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Suasana religius terasa di mana-mana, masjid lebih ramai, tilawah Al-Qur’an menggema, dan hati terasa lebih dekat dengan Allah. Tapi di era digital ini, ada satu hal yang tak kalah ramai: media sosial. Dari pagi sampai malam, kita sibuk scroll timeline, baca berita, nonton video, atau sekadar update status. Pertanyaannya, apakah media sosial membantu meningkatkan ibadah kita atau justru membuat kita lalai?

Antara Manfaat dan Mudharat

Media sosial bukanlah sesuatu yang buruk. Justru, jika digunakan dengan benar, ia bisa menjadi ladang pahala. Banyak sekali konten-konten Islami yang bisa menambah wawasan dan motivasi beribadah, mulai dari kajian singkat, video inspiratif, hingga reminder kebaikan. Bahkan, berdakwah kini bisa dilakukan hanya dengan mengetik beberapa kalimat dan membagikannya ke dunia maya.

Tapi di sisi lain, media sosial juga bisa menjadi jebakan. Kita sering kali terlena dengan hiburan yang ada, hingga tanpa sadar waktu habis untuk hal yang tidak produktif. Lebih buruk lagi, jika jari-jari kita malah sibuk menyebarkan hal yang tidak bermanfaat—gosip, hoaks, atau debat tak berujung yang hanya menimbulkan permusuhan.

Adab Bermedia Sosial

Tahukah kamu bahwa Islam sudah sejak lama mengajarkan etika dalam berkomunikasi? Dalam QS. Al-Baqarah ayat 83, Allah berfirman, "Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia." Ini berarti, setiap kata yang keluar dari lisan (atau jari kita di media sosial) haruslah baik, bermanfaat, dan tidak menyakiti orang lain.

Rasulullah ï·º juga pernah bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari & Muslim). Dalam konteks media sosial, ini bisa diartikan: jika yang ingin kita posting tidak membawa manfaat, lebih baik tidak usah diposting sama sekali.

Selain itu, ada satu hal yang sering kita abaikan, yaitu tabayyun alias verifikasi informasi sebelum membagikannya. Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 6, "Jika datang kepadamu seorang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti..." Artinya, sebelum menyebarkan berita, kita harus memastikan kebenarannya agar tidak menimbulkan fitnah atau kesalahpahaman.

Hati-hati, Ada Konsekuensi Hukumnya!

Tak hanya dalam Islam, negara pun mengatur penggunaan media sosial. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) memiliki pasal-pasal yang bisa menjerat siapa saja yang sembarangan dalam bermedia sosial. Pencemaran nama baik, penyebaran hoaks, dan ujaran kebencian bisa berujung pada hukuman pidana. Jadi, selain berakibat dosa, asal-asalan dalam bermedia sosial juga bisa berujung pada konsekuensi hukum yang serius.

Media Sosial untuk Kebaikan

Lantas, bagaimana seharusnya kita bermedia sosial di bulan Ramadhan? Berikut beberapa tips agar media sosial bisa menjadi sarana kebaikan, bukan sebaliknya:

  1. Sebarkan konten positif – Bagikan ayat-ayat Al-Qur’an, hadis, atau kata-kata motivasi yang bisa menginspirasi orang lain.
  2. Jaga lisan dan jari – Jangan sampai media sosial menjadi tempat untuk menggunjing atau menyakiti orang lain.
  3. Gunakan untuk dakwah – Tak perlu menjadi ustaz untuk berdakwah. Cukup dengan membagikan ilmu yang bermanfaat, kita sudah berkontribusi dalam menyebarkan kebaikan.
  4. Batasi waktu online – Jangan sampai media sosial mengalihkan kita dari ibadah. Atur waktu agar tetap fokus pada ibadah utama di bulan Ramadhan.
  5. Verifikasi sebelum membagikan – Pastikan berita yang kita sebar bukan hoaks atau fitnah yang bisa merugikan orang lain.

Simpulan

Media sosial adalah pedang bermata dua. Jika digunakan dengan bijak, ia bisa menjadi alat untuk menyebarkan kebaikan dan mempererat silaturahmi. Tapi jika disalahgunakan, ia bisa menjadi sumber dosa dan masalah. Di bulan Ramadhan ini, mari kita gunakan media sosial dengan lebih bijak. Jangan sampai keasyikan scroll malah membuat kita lupa dengan tujuan utama Ramadhan: meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

Jadi, kamu pilih yang mana? Bijak atau terjebak? [pgn]


 

Posting Komentar

0 Komentar