Perempuan Mulia Karena Tetap Menjadi Perempuan

 

Flyer Selamat Hari Kartini dari NU CARE-LAZISNU PCNU JOMBANG

[Pacarpeluk, Pak Guru NINE] - Dalam rentetan perjuangan emansipasi perempuan, seringkali kita terperangkap dalam narasi yang menekankan persaingan dengan laki-laki. Namun, esensi sejati dari kemuliaan perempuan tidaklah terletak pada kemampuan untuk menandingi apa yang biasa dilakukan oleh laki-laki. Sebaliknya, kemuliaan perempuan muncul ketika kita memahami bahwa keduanya, laki-laki dan perempuan, saling melengkapi satu sama lain.

Sejak zaman Kartini, semangat untuk memperjuangkan hak-hak perempuan telah menyala terang. Namun, penting untuk tidak menyimpang dari esensi sejati dari perjuangan tersebut. Kartini bukanlah sosok yang ingin melawan kodrat sebagai perempuan. Sebaliknya, semangatnya adalah agar perempuan tetap dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan kemuliaan yang tak terhingga.

Mengapa kemuliaan perempuan tidak terletak pada kemampuan untuk meniru apa yang dilakukan oleh laki-laki? Karena perbedaan adalah bagian dari keindahan alam semesta ini. Laki-laki dan perempuan diciptakan dengan sifat dan potensi yang berbeda-beda, namun saling melengkapi satu sama lain. Keterlengkapan dalam hubungan gender bukanlah tentang siapa yang lebih baik atau lebih kuat, tetapi tentang bagaimana kedua pihak saling membutuhkan untuk mencapai kesempurnaan masing-masing.

Perempuan tidak perlu mengubah diri menjadi tiruan dari laki-laki untuk menjadi mulia. Sebaliknya, kemuliaan perempuan dapat dicapai dengan tetap setia pada jati dirinya yang sejati. Perempuan tetap menjadi perempuan dengan segala keunikan, kelembutan, dan segala feminimitas yang melekat padanya. Menjadi perempuan yang mulia bukanlah tentang mengecilkan diri atau meniru gaya hidup laki-laki, melainkan tentang menghargai dan mengasah potensi unik yang dimiliki oleh setiap perempuan.

Dalam merayakan kemuliaan perempuan, penting untuk mengakui bahwa kedua gender memiliki peran yang sama-sama penting dalam masyarakat. Sebuah masyarakat yang sejahtera dan berkelanjutan adalah masyarakat yang memahami dan menghargai kontribusi dari kedua gender, tanpa mengurangi nilai atau martabat salah satunya.

Kita tidak bisa melupakan bahwa semangat Kartini adalah semangat untuk mengangkat martabat perempuan, bukan untuk menandingi atau menggantikan posisi laki-laki. Sebuah perempuan yang mulia adalah perempuan yang memahami nilai-nilai keterlengkapan dalam hubungan gender, dan dengan rendah hati menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan penuh dedikasi dan kemuliaan.

Dalam perjalanan menuju kesetaraan gender, mari kita selalu mengingat bahwa kemuliaan perempuan terletak pada kemampuannya untuk tetap menjadi dirinya sendiri, tanpa harus meniru atau menandingi laki-laki. Mari kita saling menghormati, saling melengkapi, dan bersama-sama menciptakan masyarakat yang inklusif dan adil bagi semua. [pgn]

Posting Komentar

0 Komentar